Translate

Minggu, 16 Juni 2013

Kontemplasi dan Aksi meneladani Maria dan Marta



DOA—BERSATU DENGAN TUHAN
Luk. 10: 38-42
=========================================================================
1.      Maria dan Marta adalah perpaduan antara kontemplasi dan aksi.
Bila perbedaan di pertentangkan maka amaka maria akan menjadi tokoh kontemplasi dan marta tokoh aksi yang di cela oleh Yesus dengan menunjuk pada keunggulan kontemplasi, akan tetapi sikap dan sifat dalam teori saja di nilai objektif, karena pada kenyataannya sikap dan sifat ini sulit di pisahkan dari kepribadian  secara keseluruhan dalam watak , charisma dan panggilan yang di nilai secara subyektif. Setiap pribadi tidak bebas begitu saja memilih mau kontemplasi atau aksi tanpa memperhitungkan kesanggupan, karena itu sudah di siapkan oleh Tuhan yang memilih dan memisahkan orang untuk panggilan dan charisma tertentu sejak dari kandungan ibu. Dalam gereja dan aspek pelayanannya kontemplasi dan aksi harus selalu berdampingan, saling membuahi dan menyuburkan bahkan di zaman aksi saat ini pun panggilan kontemplasi dan aksi harus tetap di pertahankan.

2.      Pada setiap manusia perlu dikembangkan kontemplasi dan aksi.
Tidak jauh beda dengan kehidupan keluarga, pemikiran seorang ayah harus di dukung oleh perhatian seorang ibu, kepemimpinan seorang pria keluar harus di damping oleh kesibukan wanita di rumah untuk membina suasana yang  tenang  dan seimbang  serta menumbuhkan sikap  dan rasa cinta yang lengkap bagi anak-anak mereka. Begitupun dalam pelkayanan kita atas nama gereja akan selalu ada unsure kontemplatif dan aksi, menengadah kepada Tuhan sambil terus membangun dunia. Yesus sendiri dalam keseimbangan sempurna selalu memadukan antara Doa dan karya, pergaulan dengan sesame manusia dan  konsultasi dengan Tuhan. Mother Teresa berkata “Karya yang kita tangani saat ini adalah proyek allah dan kita adalah perpanujangan tangnNya”.
Namun di zaman yang super aksi atau era digital ini, dimana setiap orang hanay di hargai menurut prestasi, seruan “suruhlah dia membantu aku”, harus di imbangi dengan petunjuk Yesus, bahwa ada hal yang lebih perlu, duduk sejenaj dalan Doa dan mendnegarkan Tuhan, bertanya dan konsultasi kepadaNya “apakah proyek Allah yang kita kerjakan hari ini sesuai dengan rencana Allah? ”.
3.      Saudara-saudara yang terkasih, penerimaan tamu ini bagi Maria dan Marta akan berbeda. Maria menerima tamunya yang  tak lain dan tak bukan adalah Yesus. Maria selalu memperhatikan dan mendengarkan kata-kata Yesus hingga  Maria duduk dekat kaki Tuhan Yesus. Sedang Marta  sibuk  dengan melayani makanan dan minuman buat Tamunya itu.  Sekarang mana yang lebih penting, melayani suguhan atau  mendengarkan kata-kata Yesus? Pada suatu Kring di  Surabaya, ada peraturan bahwa di dalam pertemuan umat  Kring, tidak diperkenankan memberi makanan. Hanya teh  atau minuman semacam Aqua saja. Nanti yang tidak punya tidak mau menjadi tuan/nyonya rumah pertemuan Kring, karena tidak ada yang disuguhkan. Bagi yang punya, hal ini
akan membuat tidak enak dan bagi umat yang hadir menjadi tidak gembira. Pertemuan pada jam 7.00 malam, kalau rumah agak jauh ya berangkat ja, 6.30. Kalau tidak sempat makan ya tidak jadi berangkat. Karena di dalam Pertemuan nanti
 bakal tidak ada suguhan. Yang paling baik adalah kalau ada pertemuan Kring kalau ada ya berilah ketela rebus atau yang lain. Hal cukup bisa menggembirakan dan akan membuat yang hadir akan lebih banyak.


Tetapi yang penting bukan Maria atau Marta saja, ya kalau
 disuruh memilih Marta atau Maria, maka semua akan memilih  Maria. Memilih menjadi murid Yesus yang sungguh-sungguh.
Tetapi Marta juga penting, kalau Yesus pada waktu
 itu belum makan maka tentu membutuhkan makanan. Kita  menghadapi dua yang kedua-duanya penting, jasmani atau  rohani. Maka saya akan mengutip kata-kata Mgr. Helder  Camara, seorang Uskup yang mati ditembak sewaktu
mangadakan Misa. "Aku bukan gembala jiwa-jiwa, tetapi aku
 gembala manusia". Manusia bukan hanya jiwa saja, tetapi  jiwa dan raga. Kedua-duanya penting, bagaikan pinang  dibelah dua. Tuhan menyelamatkan manusia. Manusia yang  lengkap, yaitu jiwa dan raga. Yang benar bahwa kita  memilih kedua-duanya Maria dan Marta, jiwa dan raga seutuhnya. Karya dan Doa dengan utuh.Sehingga kita merasakan dengan sungguh kedekatan dengan Tuhan. Sebab manusia bukan hidup hanya dari roti saja  yang di usahakan menusia tetapi tak kalah penting juga  dari setiap  sabda yang keluar dari mulut Allah. Di titik inilah kita diperhadapkan kepada dua keadaan: seperti Marta yang sibuk BAGI atau UNTUK Tuhan atau seperti Maria sibuk DENGAN Tuhan.
4.      Marta sibuk melayani, tentunya bukan melayani diri sendiri atau melayani orang lain, tetapi melayani Yesus sebagai tamu istimewa mereka. Sedang Maria hanya menemani Yesus untuk bicara. Etisnya memang Maria membantu Marta bukan duduk ngobrol. Tetapi di sini Yesus sedang berbicara sesuatu yang lebih hakiki ketimbang sebuah etika penerimaan tamu. Kehadiran-Nya di dunia memang berbudaya tetapi tidak berarti Ia terikat atau bahkan terbelenggu oleh budaya. Baginya budaya hanya alat untuk mencapai misi-Nya. Mengedepankan budaya dengan kehilangan inti berita sama artinya membuang air mandi bayi dengan bayinya sekaligus.
Mari kita lihat sejenak hidup dan perjalanan kita,
1.      Sejauh mana kedua cara hidup ini telah             kita         jalani,cenderung yang mana?  
2.      Aksi atau kontemplatif? Atau kita sudah mampu memadukan kedua-duanya?  
3.      Dan sejauh mana kedua cara ini telah mempengaruhi sikap dasar  dan kepribadian kita?




 Salam. Rufina FSE


Tidak ada komentar:

Posting Komentar