Translate

Minggu, 16 Juni 2013

DUNIA MAYA



DUNIA MAYA: Apakah sebuah Kegelisahan?
Kita sedang berada dalam sebuah zaman yang mengalami perubahan serba supercepat. Kita juga sedang merasakan proses perkembangan menyangkut banyak hal hampir dalam seluruh bidang kehidupan. Perkembangan teknologi khususnya teknologi informasi semakin hari semakin meningkat dengan berbagai model tawaran yang menggiurkan. Perkembangan inipun berdampak pada perubahan gaya hidup manusia zaman ini, baik secara individual maupun komuniter. Secara individual orang dapat memilih atau menggunakan sesuatu sesuai dengan gaya pribadinya. Demikian halnya dengan manusia secara komuniter.

Berkaitan dengan perkembangan teknologi informasi ini, hal yang paling menonjol dan menguasai manusia zaman ini adalah perkembangan dunia maya (dalam hal ini internet). Mungkin bagi kita internet barang baru, dan pandangan ini tidak dapat disanggah. Karena dalam kenyataannya, bahwa “barang baru” ini berkembang dengan pesat dalam satu dekade ini dan pengaruhnyapun merambah dunia. Manakalan dunia maya mendunia, kitapun terobsesi untuk menceburkan diri ke dalamnya. Kita serta merta terbawa arus perkembangnnya yang kadang tanpa kita sadari.

Dunia maya sebagai lahan empuk bagi tumbuh dan berkembangnya informasi, membawa begitu banyak dampak bagi perkembangan hidup manusia, baik positif maupun negatif. Dunia maya dapat ,menjadi sebentuk kegelisahan bahkan “pukulan” telak bagi orang-orang atau kelompok-kelompok tertentu, namun dapat juga menjadi lahan subur bagi bagi tumbuhnya kreativitas-kreativitas baru. Kegelisahan terhadap dunia maya lahir manakala terjadi penipuan, manipulasi mengenai banyak hal, kejahatan moral, dan peristiwa-peristiwa lain yang merugikan banyak pihak. Kegelisahan seperti ini tak jarang akan menelurkan pandanga-pandangan yanga negatif terhadapnya yang memungkinkan kita menjatuhkan vonis bahwa dunia maya lebih banyak memberi dampak negative kektimbang dampak positifnya.

Gambaran tentang perkembangan dunia di atas tentu saja tidak terlepas dari kehidupan seorang religius. Pada kenyataannya semua orang tidak bisa lari dari dunia, tetapi terlibat dalam semua masalah dunia manusia. Karena itu, para religuis juga menyelinap di dalam lalu lalang orang-orang yang berdesak-desakan di dunia. “ia bisa tersesat, terjepit, digoda dan ditipu hingga mati terinjak-injak. Tetapi ia juga bisa bergerak dengan gesit, lincah dan cekatan sebelum akhirnya mengangkat mereka yang terinjak-injak, terjepit dan tertipu di dalam dunia yang ramai itu” (bdk. Reynaldo Fulgentio Tardelly, SX, Merasul lewat Internet; kaum berjubah dan dunia maya, hlm. 22). Dunia maya menjadi salah satu pendorong yang mana kaum religius harus menceburkan diri ke dalamnya. Dengan membawa berbagai macam dampak yang dapat mempengaruhi kehidupannya sebagai seorang religius.

Sebuah realitas yang sungguh-sunguh menyedihkan, bahwa tak jarang dunia maya membawa banyak dampak negatif seperti penipuan, manipulasi, kejahatan dan sebaginya. Hal ini menjadi salah satu kegelisahan besar terhadap dunia maya. Namun di sisi lain, dunia maya banyak mendidik kita dalam menambah wawasan akan informasi-informasi mengenai dunia. Persoalan di atas mengaduk isi pikiran kita. Lantas kita bertanya, apa pengaruh dunia maya dalam formasi diri sebagai seorang religius? Apakah dunia maya dipandang sebagai sebuah dunia yang menggelisahkan? Pertanyaan-pertanyaan ini mendorong kita untuk mencermati lebih jauh mengenai pengaruh dunia maya bagi formasi diri sebagai seorang religius.

Defakto, hidup religius di abad ini tidak gampang. Dunia ramai dan semakin maju. Dari hari ke hari teknologi informasi dan komunikasi terus berkembang dan tak bisa lagi dibendung kecepatannya, lebih khusus dalam hal ini adalah internet. Internet membuat komunikasi menjadi serba cepat, efektif dan efisien, pekerjaan dipermudah, ruang komunikasi menjadi semakin luas, aneka informasi dapat terakses dengan mudah, dan lain sebagainya. Perkembangan dunia seperti inipun sungguh dapat mempengaruhi pengalaman dan perkembangan pribadi seorang religius. Katakana saja bahwa internet dapat membantunya dalam banyak hal misalnya belajar, berpastoral, pewartaan, konsultasi personal dan sebagainya. Namun di sisi lain, tak jarang terjadi bahwa internet membawa keasyikan yang membuat kita terlena dan lupa siapa diri kita. Sebagaimana kebanyakan produk teknologi lainnya, selain memiliki sisi terang, dunia maya juga memiliki sisi gelapnya. Sebagai manusia yang hadir dan ikut terbawa oleh arus globalisasi, kita kaum religius juga bisa hadir dan mengalami hidup dalam kedua sisi tersebut. Di manakah sisi gelap dunia maya? Harus kita akui bahwa dunia maya tidak menjamin adanya sebuah konstruksi moral yang baik dan tidak mampu menjamin untuk tidak terjadi berbagai bentuk penyalahgunaan dan penyimpangan. Di sinilah kita dididik untuk mampu membedakan mana dan apa yang bermanfaat dan apa yang merugikan formasi diri kita sebagai seorang religius. Berhadapan dengan situasi seperti ini, kita dituntut untuk mampu mengambil sikap dan tindakan yang pantas dan tepat berhadapan dengan teknologi dalam hal ini dunia maya.



Paus Benediktus XVI, dalam pesannnya pada hari komunikasi sedunia mengatakan, “Menggunakan teknologi komunikasi, imam dapat memperkenalkan orang-orang kepada kehidupan Gereja dan membantu sesama untuk menemukan wajah Kristus”. Pesan Paus ini bukan hanya terbatas bagi para imam saja, namun sangat jelas ditujukan kepada kita sebagai religius pada umumnya yang notabene adalah kaum pewarta Kristus. Selanjutnya Paus mengatakan, “Imam yang baik akan mencapai tujuan ini, jika mereka belajar dari waktu pembentukan mereka, bagaimana menggunakan teknologi tersebut dalam cara yang kompeten dan tepat, dibentuk oleh pandangan teologis yang sehat dan mencerminkan suatu spiritualitas imamat yang kuat didasarkan pada dialog terus-menerus dengan Tuhan”. Pesan Paus Benediktus XVI di atas merupakan sebuah harapan bagi kita kaum religius untuk menggunakan dunia maya sebagai media yang dapat menghadirkan dan memperkenalkan Kristus kepada sesama kita, khususnya mereka yang mengalami ketidakpastian dan kebingungan iman.(bdk. Pesan Paus Benediktus XVI).

Pada kanyataannya, bahwa internet saat ini merupakan hal baru bagi kaum religius. Meski demikian Paus Benediktus XVI mengajak kaum religius yang gaptek (gagap teknologi) untuk menggunakan teknologi dan media masa kini sebagai sarana untuk pewartaan Injil. Suatu hal yang bukan lumrah bahwa banyak kaum religius saat ini memiliki situs persahabatan di dunia maya, seperti; www.Facebook.com, www.friendster.com, www.twitter.com, www.multiply.com, YM (yahoo massager), dan sebagainya. Hal ini hendak mengatakan bahwa ada kebutuhan dari dalam diri kita untuk menggunakan internet. Reynaldo Fulgentio Tardelly, SX, dalam bukunya: Merasul lewat Internet; kaum berjubah dan dunia maya, mengatakan: “Internet bagaikan laut. Sesuatu yang gelap dan mengerikan. Tempat di mana ada ombak, gelombang tinggi yang mengganas dan ikan-ikan hiu besar yang mengangakan mulutnya. Akan tetapi, di laut yang sama, tetap kita temukan surga keindahan, taman laut dan juga lumba-lumba yang sewaktu-waktu bisa menyelamatkan kita.” Hal ini menggambarkan bahwa internet tidak selalu memberikan keuntungan bagi pengguna tetapi juga akan membawa dampak yang merugikan.

Kita sebagai religius hadir dan hidup dalam sebuah komunitas di mana kita sama-sama membangun sebuah visi dan misi komunitas. Sehubungan dengan ini, jangan sampai teknologi informasi memberi dampak yang merugikan dalam hidup berkomunitas kita. Kita harus bisa menentukan sikap yang benar, tepat dan bijaksana dalam menggunakannya. Kita harus memilih mana yang lebih penting. Mendapatkan informasi sebanyak mungkin dan menjalankan komunikasi seluas mungkin lewat dunia maya, ataukah kehilangan relasi kita dengan komunitas dan bahkan dengan Tuhan. Internet selalu menawarkan sebuah nilai dan gagasan tertentu yang bebas akses. Namun sesuatu yang bebas ini mendorong kita untuk ber-discernment diri. Kita harus mengenali pada saat mana kita bisa jatuh saat menggunakan media internet, namun kita juga bisa melihat peluang di mana kita bertumbuh sebagai manusia yang utuh (bdk. Reynaldo Fulgentio Tardelly, SX, hlm. 76). Di sini kita dituntut untuk mampu membentuk dan mematangkan diri dalam memahami segi-segi positip dan peluang-peluang negatif dalam menggunakan sarana-sarana teknologi khususnya internet. Selain itu hendaknya ada kesadaran dari dalam diri untuk bertanya, apakah penggunaan internet mengganggu waktu studi, doa, acara komunitas, dan sebagainya? Apakah tepat pada waktunya? Dan apakah relevan dengan nilai panggilanku sebagai seorang religius? Pertanyaan-pertanyaan ini mendorong kita untuk dapat mengevaluasi diri dan ber-discernment.

Jadi, persoalannya bukan ditimpahkan pada internet sebagai sesuatu yang jahat dan berbahaya bagi panggilan kita, melainkan lebih terletak pada relasi kita dengan dunia maya. Relasi tersebut mengandung visi dan sikap yang tepat berhadapan dengan teknologi yang terus berkembang. Apakah formasi diri kita sebagai religius cukup mampu menjadikan diri kita sebagai pribadi yang siap berhadapan dengan masyarakat dan dunia di abad teknologi dengan sarat informasi ini? Kita harus bisa menemukan sebuah nilai yang mampu menumbuhkan kematangan pribadi kita menuju manusia yang utuh atau secara kreatif dapat merumuskan cara pewartaan yang baru melalui media internet. Dengan demikian media internet tidak sekedar mau menikmati pleasure atau kesenangan dengan program-program tertentu. Sehingga dalam perjalanan waktu, media internet bukan lagi menjadi “barang baru” atau sesuatu yang menggelisahkan kita, serta membuat kita dihantui oleh pikiran-pikiran kotor mengenai dunia maya. Sudah saatnya kita bangun dari rasa kantuk kegelisahan kita dan bangkit untuk membangun kesadaran dalam diri akan pentingnya dunia maya khususnya media internet dalam proses pembentukan diri kita sebagai seorang religius. Paus Benediktus XVI berpesan, “semoga Tuhan membuat kalian (kaum religius) semua, bentara Injil yang antusias dalam era baru, yang membuka diri terhadap arus media.”



SUMBER INSPIRASI:

1. Fulgentio Tardelly, Reynaldo, SX, Merasul lewat Internet; kaum berjubah dan dunia maya. Yogyakarta: Kanisius. 2009.

2. Piliang, Yasraf Amir, Sebuah Dunia Yang Dilipat,    Bandung: Mizan. 1998.

3. Kleden, Paulus Budi,SVD, Aku yang Solider, Aku dalam Hidup berkaul, Maumere: Ledalero. 2002.

4. Paus Benediktus XVI, MESSAGE OF HIS HOLINESS POPE BENEDICT XVI FOR THE 44th WORLD COMMUNICATIONS DAY "The Priest and Pastoral Ministry in a Digital World: New Media at the Service of the Word": http://www.vatican.va/holy_father/benedict_xvi/messages/communications/documents/hf_ben-xvi_mes_20100124_44th-world-communications-day_en.html,

Rufina FSE

VIRTUAL WORLD: What is an Anxiety?
We're in an era of super-fast-paced change. We also are experiencing the development process involves many things almost in all spheres of life. The development of technology especially information technology is increasingly rising to offer a tempting variety of models. Even this development affect human lifestyle changes today, both individually and komuniter. Individually people can choose, or use something in accordance with his personal style. So it is with human komuniter.
In connection with this information technology development, the most prominent and human master of this era is the development of virtual worlds (in this case the internet). Maybe for our new internet stuff, and this view can not be refuted. Because in fact, that "new stuff" is growing rapidly in this decade and pengaruhnyapun swept the world. Manakalan cyber world, we too obsessed to throw themselves into it. We are immediately swept away perkembangnnya which sometimes without us knowing it.
Virtual world as a land tender for the growth and development of information, brought so much impact on the development of human life, both positive and negative. Virtual worlds can become a form of anxiety and even "blow" blow for the people or certain groups, but can also be fertile ground for the growth of creativity, new creativity. Anxiety toward the virtual world is born when the fraud, manipulation of many things, moral evil, and other events that hurt many parties. Such anxiety is not rare will spawn pandanga yanga-negative outlook that allows us to drop against the verdict that the virtual world more negative impact kektimbang its positive impact.
The description of the development world over, of course, is inseparable from the life of a religious. In fact all the people could not escape from the world, but all the issues involved in the human world. Therefore, the religuis also slipped in the passing people who crowded in the world. "He could get lost, trapped, seduced and deceived trampled to death. But he also can move with the nimble, agile and nimble before finally lifting those who were trampled, squashed and fooled in the bustling world it "(cf. Reynaldo Fulgentio Tardelly, SX, proselytize via the Internet; the robed and cyberspace, pp . 22). Virtual worlds become one of the driving in which the religious have to throw themselves into it. With a wide range of impacts that could affect his life as a religious.
A reality-sunguh really sad, that not infrequently the virtual world brings many negative impacts such as deception, manipulation, crime and so on. This has become one of great anxiety to the virtual world. But on the other hand, many virtual world to educate us in insight will add information about the world. The issue on stirring the contents of our minds. So we ask, what effect the virtual world in itself as a religious formation? Is the virtual world is seen as a disturbing world? These questions encourage us to examine further the influence of virtual worlds for himself as a religious formation.
De facto, religious life in this century is not easy. Increasingly crowded and developed world. From day to day information and communication technology continues to grow and could no longer dammed speed, more specifically in this case is the internet. The Internet makes communication a fast-paced, effective and efficient, work made easier, space communication becomes more widespread, various information can be accessed easily, and so forth. The development of the world as even this can really affect the experience and personal development of a religious. Just say that the Internet can help in many ways such as learning, berpastoral, ministry, personal consultation and so forth. But on the other hand, not infrequently happens that the Internet brings the fun that makes us complacent and forget who we are. Like many other technology products, in addition to having the bright side, the virtual world also has its dark side. As a man who attended and carried by the currents of globalization, we are also able to attend the religious and experience life on both sides. Where is the dark side of cyberspace? We have to admit that cyberspace does not guarantee the existence of a good moral construction and are not able to guarantee to avoid various forms of abuse and diversion. This is where we are educated to be able to distinguish where and what is beneficial and what is detrimental to the formation of ourselves as a religious. Faced with a situation like this, we are required to be able to take a stance and proper and appropriate action to deal with technology in this virtual world.

Pope Benedict XVI, in pesannnya on the day of worldwide communication says, "Using communications technology, the priest can introduce people to the Church's life and help others to find the face of Christ." Pope's message is not just limited to priests only, but very clearly addressed to us as religious in general, which incidentally is the herald of Christ. Furthermore, the Pope said, "A good priest will achieve this goal, if they learn from the time of their formation, how to use technology in a competent and proper manner, formed by a healthy theological views and reflect a strong priestly spirituality which is based on continuous dialogue sustained by God. " Pope Benedict XVI's message above is a religious hope for us to use cyberspace as a medium that can bring and introduce Christ to our neighbors, especially those who are experiencing uncertainty and confusion of faith. (Cf. Message of Pope Benedict XVI).
In kanyataannya, that the Internet is now a new thing for the religious. Yet Pope Benedict XVI has invited religious who gaptek (stuttering technology) to use today's technology and media as a means of evangelization. One thing which is not unusual that many religious people today have a friendship in the virtual world sites, such as; www.Facebook.com, www.friendster.com, www.twitter.com, www.multiply.com, YM (yahoo Massager) and so forth. This is to say that there is a need within us to use the internet. Reynaldo Fulgentio Tardelly, SX, in his book: proselytize via the Internet; the robed and cyberspace, said: "The Internet is like the sea. Something dark and terrifying. Places where there are waves, high waves which raged and large sharks which opened its mouth. However, in the same sea, we still find the paradise of beauty, the park and also a dolphin who at times can save us. "This illustrates that the internet does not always benefit the users but also be adversely affected.
We as religious attendance and living in a community where we have the same vision and mission to build a community. In connection with this, not to provide information technology an adverse impact on our community life. We should be able to determine the right attitude, proper and prudent in using it. We must choose which is more important. Obtain as much information as possible and run the communication as widely as possible through the virtual world, or are losing our relationship with the community and even with God. Internet always offers a value and a certain idea of
​​free access. But something that is free of this encourages us to her self-discernment. We must recognize at the time where we can fall when using the internet, but we can also see an opportunity in which we grow as a human being intact (cf. Reynaldo Fulgentio Tardelly, SX, pp. 76). Here we are required to be able to form and ripen ourselves in understanding aspects of positive and negative opportunities in using the tools of technology particularly the internet. In addition, there should be awareness of the self to ask, whether the use of the Internet disturb time of study, prayer, community events, and so forth? Was just in time? And is it relevant to the value as a religious vocation? These questions encourage us to be able to evaluate themselves and tried to discernment.
So, the issue is not ditimpahkan on the Internet as something evil and dangerous for our call, but rather lies in our relationship with cyberspace. The relation contains the vision and the right attitude to deal with evolving technology. Is our self as a religious formations capable enough to make ourselves as a person who is ready to deal with society and the world in this age of technology with full information? We should be able to find a value that is able to cultivate our personal maturity towards full human or creatively to formulate a new way of preaching through the internet. Thus internet media is not simply want to enjoy the pleasure or pleasure with certain programs. So in the course of time, the Internet media is no longer a "new stuff" or something disturbing us, and make us haunted by dirty thoughts about the virtual world. It is time we wake up from sleep anxieties and rose to build awareness within the virtual world of the importance of Internet media, especially in the process of establishing ourselves as a religious. Pope Benedict XVI told, "may God make you (the religious) of all, the enthusiastic gospel heralds a new era, which is open to the media stream."

SOURCE OF INSPIRATION:
1. Fulgentio Tardelly, Reynaldo, SX, proselytize via the Internet; the robed and cyberspace. London: Canisius. 2009.
2. Piliang, Yasraf Amir, A The Folded World, Bandung: Mizan. 1998.
3. Kleden, Paul Budi, SVD, I'm a solider, I am in life vows, Maumere: Ledalero. 2002.
4. Pope Benedict XVI, MESSAGE OF HIS Holiness Pope Benedict XVI FOR THE 44th WORLD DAY Communications "The Priest and Pastoral Ministry in a Digital World: New Media at the Service of the Word": http://www.vatican.va/holy_father/ benedict_xvi/messages/communications/documents/hf_ben-xvi_mes_20100124_44th-world-communications-day_en.html,
Rufina FSE


Tidak ada komentar:

Posting Komentar